Minggu, 07 November 2010

Mendekati Tuhan Dengan CINTA

Mendekati Tuhan dengan Cinta

oleh Goenawan Addhoif pada 05 Maret 2010 jam 13:58
Ada sebuah canda dari Plato yang menarik untuk direnungkan katanya " Andaikan seekor kuda bisa menggambar Tuhan, maka Tuhan akan digambarkan bagaikan kuda" pendapat klasik ini ternyata juga ditemui dalam teori pendidikan bahwa setiap anak ketika mempelajari dan membayangkan suatu objeck yang baru pasti akan dipengaruhi oleh endapan dari pengalaman hidup nya. Oleh karenanya seorang guru harus bijak dalam menyikapi anak-anak muridnya karena mereka datang keruang kelas dengan persepsi dan endapan memori yang berbeda-beda. mereka datang bukan seperti gelas kosong atau kertas putih. Hal serupa sesungguhnya juga terjadi pada diri manusia ketika membicarakan tentang Tuhan.
Pengalaman masa lalunya, buku-buku yang dibaca nya sebagai sumber referensi, dan guru-guru yang turut menorehkan tinta pada mereka, kesemuanya itu akan berpengaruh dalam paham keagamaannya. makanya tidak aneh kalau kemudian muncul berbagai buku dengan judul antara lain : Tuhan para Filosof, Tuhan para Teolog, Tuhan para Ilmuan, Tuhan para Sufi dan seterusnya
itu berarti menunjukan bahwa pemahaman persepsi dan keyakinan seseorang tentang Tuhan memiliki perbedaan, sekalipun bisa jadi objek Tuhan yang dimaksud adalah sama. Semua pemeluk agama saya rasa jawabanya akan sama ketika ditanya "Siapa yang menciptakan alam raya ini" semua sepakat TUHAN. Namun ketika diskusi lebih dalam dan detail lagi mengenai sifat - sifat Tuhan dan bentuk relasi yang mereka yakini mengenai relasi antara Tuhan, manusia dan alam maka berbagai perbedaan pendapat akan bermunculan, belum lagi jawaban seputar bagaimana manusia mesti bersikap terhadap Tuhan, perbedaan dan keragaman jawaban selalu muncul dan dalam banyak hal tidak mungkin diseragamkan.


berbagai ayat Al-Qur'an yang mengajarkan untuk mencintai Tuhan, Kata "CINTA" itu akan sulit dimengerti kecuali oleh mereka yang pernah merasakan jatuh cinta. Tentu saja disini kita perlu tekankan cinta terhadap Tuhan dan cinta terhadap sesama adalah berbeda, namun dengan bekal pengalaman bagaimana merasakan "rindu" akan sangat membantu dalam memahami ajaran tasawuf tentang cinta. Rasa cinta dan rindu merupakan dua perasaan yang saling terkait, dan tak mungkin dapat dipisahkan, siapa saja yang belum pernah mengalami indahnya jatuh cinta dan belum pernah merasakan derita dirundung rindu akan sulit baginya untuk memahami, merasakan dan menangkap kata "CINTA" dan "RINDU"
" Karena sebuah pengalaman yang bertumpu pada rasa, kata-kata tidak akan sanggup menjelaskannya, sebagaimana rasa gula hanya bisa dicoba dan dirasakan secara langsung, bukanya diuraikan"

Adapun drama konflik cinta yang mendua, antara cinta pada Tuhan dan cinta pada dunia, dipertunjukan oleh Allah S.W.T kepada kita secara spektakuler lewat kisah Nabi Ibrahim A.S dan putranya Nabi Ismail A.S... Bayangkan !!!! Nabi Ibrahim A.S diperintahkan menyembelih anak semata wayang yang amat sangat dicintai nya juga yang telah ditunggu kehadirannya selama 20 tahun lamanya Nabi Ibrahim A.S bermunajat pada Allah S.W.T. Subhanallah... Allahuakbar... Hati selalu bergetar dan tak sanggup melukiskan dengan kata-kata setiap mengenang rangkaian ujian iman yang ditimpakan kepada Nabi Ibrahim A.S bayangkan alur emosi dan dialog antara seorang Ayah,Ibu dan anaknya ketika memutuskan untuk menyembelih satu-satunya anak yang menjadi ikatan batin suami istri dan simbol kebahagiaan serta kekayaan sebuah keluarga, allahuakbar,.. tapi itu semua adalah cobaan untuk seorang Nabi pilihan Allah.S.W.T, kita semua hanyalah manusia dhoif yang berlumuran noda dan dosa, semua adalah pelajaran bagi kita.karena lewat kisah Nabi Ibrahim A.S, Siti Hajar dan Nabi Ismail A.S Allah S.W.T mengajarkan kepada umatnya yang beriman, agar bisa bagaimana menempatkan cinta pada Tuhan diatas segala-galanya...

ILAHI ANTA MAKSUDI WA RIDHA KAMATLUBI...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar